Ada pencuri di kelas!
Berkali-kali, anak-anak sekelas kehilangan barang. Dompet Ruri hilang, kotak bekal Farah juga. Eh, terakhir, topi keren Wisnu raib. Padahal, baru dibelikan Bapaknya saat tugas ke Jakarta. Satu kelas tentu saja resah.
"Kita harus menangkap pelakunya." Ruri menangis.
"Caranya?"
Rustam mengedikkan bahu, bingung. Alif sang ketua kelas tersenyum, "Kita jebak pelakunya!"
Fauzi tertawa. "Aku punya ide lebih cemerlang. Kita takut-takuti pencurinya!"
Anak-anak sekelas menatap anak kurus itu penasaran. Ia tak peduli. Malah mengeluarkan tas kecilnya. Berbentuk segi empat, terbuat dari kulit imitasi berwarna cokelat lusuh. anak-anak semua tahu apa isi tas itu.
Ya, tas bapak-bapak itu berisi berbagai peralatan ajaib Fauzi. Mulai dari kabel bekas, hingga baterai.
"Beri aku waktu. Nanti aku jelaskan semuanya."
Fauzi mengeluarkan peralatannya, ia meminjam ponsel ketua kelas. "Untuk apa?"
anak-anak kembali ke bangkunya, sambil menyimpan penasaran. Apa yang akan dilakukan anak itu?
Sebelum jam istirahat, Fauzi, Lili, Wisnu dan Alif berembuk. Ketika anak-anak keluar kelas, mereka melancarkan aksinya. Fauzi meletakkan ponsel Alif di atas rak buku menutupinya dengan vas.
"Aman."
"Kalian jajan saja. Biar aku tunggu di sini." ujar Alif.
"Aku temani. Nggak boleh banyak yang menunggu nanti ketahuan." timpal Fauzi.
Wisnu dan Lili mengangguk dengan berat hati, mereka penasaran siapa pelakunya!
"Pinjam ponsel kalian!" Fauzi mengingatkan.
Lili dan Wisnu menyodorkan ponsel mereka. Fauzi dan Alif pun bersembunyi di atas pohon depan kelas. Kelas mereka letaknya paling ujung dan sepi jarang dilalui orang.
Fauzi mulai merekam setiap ada orang lewat dengan ponsel temannya. Bu Agni lewat. Tetapi, ia hanya merapikan bunga di depan kelas mereka. Lalu, ada anak kelas lima melewati kelas berdua.
Fauzi dan Wisnu deg-degan. Apakah mereka pelakunya?
ternyata, mereka hanya mengambil bola milik sekolah di rak perlengkapan depan kelas.
Alif duduk dengan gelisah di batang pohon,"Duh, aku lapar!"
"Sabar, mau kuperlihatkan gambar mi ayam?"
Tak lama, mas Ading berjalan santai depan kelas. Bahu Fauzi menegang.
"Nggak mungkin Mas Ading.." desis Alif.
Lelaki muda penjaga sekolah itu celingukan kiri kanan. Lalu, membuka pintu kelas yang tak terkunci.
"Masa sih dia?" Fauzi membuka ponsel Lili, merekam gerak-gerik Mas Ading. "Siap-siap, ya. Kalau dia sudah melancarkan aksinya, laksanakan sesuai rencana1" bisik Fauzi.
Alif mengangguk tegang. Mas Ading berkeliling, membuka satu-persatu tas anak-anak. Gerakannya terlihat jelas dari atas pohon. Ia menemukan dompet di dalam tas Sawitri, ia tersenyum mengintip isinya. Lalu, memasukkan duitnya ke saku celana.
Fauzi menepuk jidat. Dompet anak itu ada isinya. Dia mau beli buku cerita pulang sekolah! Duh!
"Sekarang!" perintah Fauzi.
Alif mengangguk, lalu menelpon ke ponselnya. Tak lama, suara cekikikan hantu terdengar seantero kelas! Seram sekali, Alif dan Fauzi merinding!
Mas Ading terpaku. Celingukan ke kiri dan kekanan dengan wajah pucat pasi. Fauzi merekamnya. Ia mundur ke arah papan tulis, lalu tersandung kaki meja dan tersungkur di depan kelas!
"Ampun, ampun, tak lagi-lagi!" Ia merogoh sakunya, melempar uang tadi dan berlari ke koridor yang sepi.
Alif dan Fauzi saling tos. "Yes, berhasil!"
Tak lama, mereka melapor ke wali kelas, Pak Ono. Mas Ading yang ramah itu dipanggil pak kepsek dan diinterogasi hingga mengaku. Ternyata, ia terjerat pinjol dan nekad mencuri. Mas Ading mengembalikan barang-barang curiannya sebelum dipecat dari sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar