(Halaman 15)
"Mas, matikan lampunya! aku nggak bisa tidur!" gerutu Fauzi.
"Jangan, nanti aku yang nggak bisa tidur!" erang kakaknya, membalikkan badan di tempat tidurnya.
"Dasar egois!" Fauzi bangkit dari tempat tidur lalu keluar kamar.
Fauzi lelah dan mengantuk. Berjam-jam, ia dan kakaknya merancang desain alat perontok jagung. Ia butuh tidur. Tapi, kakaknya egois. Mau menang sendiri. Ia berbaring di amben depan televisi. Menarik sarungnya untuk mengusir rasa dingin.
"Mas Marwan nggak usah ikutan proyekku lagi! aku bisa sendiri!" ujarnya, marah.
Ya, Mas Marwan yang cerdas dan jago olahraga itu juga punya kelemahan. Anak SMP kelas 7 itu takut gelap! Memang, manusia tak ada yang sempurna bukan? Fauzi juga punya kekurangan sih, dia terlalu tampan.
(Halaman 16)
Makanya, Fauzi sengsara tidur sekamar dengan anak itu. Fauzi bisa tidur di ruangan gelap. Sedang Mas Marwan bisa tidur dengan lampu menyala! bagaimana coba? Tiap hari, ia harus berguling-guling dulu di kasur agar bisa tidur.
Saat Mas Marwan tertidur, barulah ia bisa mematikan lampu dan bisa tidur. itu pun kalau Mas Marwan nggak tiba-tiba terbangun dan mengomel, meminta lampunya dinyalakan lagi.Dan kejadian itu terulang kembali. Fauzi kesal sekali pada kakaknya yang mau menang sendiri itu.
"Nggak bakal kumaafkan!" omelnya, sebelum tertidur lelap di tengah dengingan nyamuk ruang tengah.
(Halaman 17)
Keesokan harinya, Mas Marwan mendekati Fauzi dengan raut muka menyesal. "Maafkan Mas ya!"
Fauzi melengos.
"Katanya, tidur di ruangan gelap banyak manfaatnya. Jadi, harus dibiasakan, Kak!" ujar Fauzi ketika mereka sedang sarapan di hari minggu pagi.
"Tahu, tidur di ruangan gelap bisa bikin nyenyak tidur, mengurangi stres.dan bikin hormon oksitoksin meningkat!"
"Tuh tahu, ayo dipaksa!"
"Tahu, tapi kalau tidur gelap-gelapan, Mas mimpi buruk,"
"Iya, aku malah nggak bisa tidur karena Mas teriak-teriak!"
"Kita beli lampu tidur saja. Tapi, duit jajanku menipis!" keluh Marwan.
"Sama!"
(Halaman 18)
Siang itu, mereka berdua berboncengan sepeda ke Pasar Kawak, mencari lampu tidur. Ternyata, lampu tidur harganya lumayan mahal. Mereka pulang dengan lesu. Mana siang bolong panas banget!
"Aku mau bikin sendiri!" Fauzi masuk ke labnya.
Ia mencari-cari lampu LED kecil dan kabel di rak peralatan. Untunglah, Bapak punya colokan listrik dan tempat lampu. Juga beberapa kardus bekas. Fauzi membeli dudukan lampu tadi di pasar.
"Sini, aku bantu!" teriak Marwan.
"Ayo!" Fauzi menyodorkan kardus dan spidol warna-warni. "Mas hias saja kardusnya." katanya.
Fauzi tenggelam dalam kesibukannya. Ia memotong beberapa lembar kardus bekas berbentuk segi empat. Lalu, ia potong bagian tengah kardus untuk memasukkan dudukan lampu. Bagian bawah dudukan, ia pasang kabel untuk mencoloknya ke listrik. Tinggal pasang lampu LED deh!
(Halaman 19)
"Ini rumah lampunya!" Mas Marwan menyodorkan kardus yang kini berbentuk kotak persegi panjang dengan lubang berbentuk bintang-bintang dilapis kertas kado polos. Cakep banget!
Keduanya memasang lampu di bawahnya dan tadaa! Lampu tidur mereka jadi!
Fauzi meletakkan lampu tidur di meja kecil di sebelah tempat tidur. \Marwan mematikan lampu, cahaya lampu redup dari lampu tidur dari kardus nampak indah
"Kalau cahayanya ada aku bisa tidur" Kak Marawan tersenyum
"Kalau cahayanya begini aku bisa tidur nyenyak!" balas Fauzi lega.
"Aku bisa tetap gabung di proyekmu Kan?" Mas Marwan tersenyum.
"Aku pikir-pikir dulu deh!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar