(Halaman 28)
"Mas, jagung kalau digesekkan dengan benda gitu kan bisa lepas sendiri bijinya ya?" Fauzi mengernyitkan kening.
"Pakai apa ya, barang yang nggak bikin biji jagungnya hancur. Kalau bijinya hancur, berarti gesekannya terlalu kuat ya? Bisa-bisa Bapak dan para petani ngamuk karena kita merusak biji jagung yang berharga!" Fauzi mencoret-coret.
"Pakai apa ya? pisau?"
Marwan menggeleng. "Kalau pakai mata pisau, pasti hancur dek!"
Mereka berdua sedang duduk di teras, bapak sedang memanaskan motornya sebelum berangkat berladang. Motornya distandar dua di teras. Bannya berputar.
Fauzi mengambil jagung di dalam rumah lalu meletakkannya di dekat ban yang berputar. Eh, berhasil! biji jagungnya lepas! Walaupun beterbangan, di mana-mana.
"Aha, kita pakai ban bekas saja! geriginya bisa merontokkan jagung!" marwan bersorak. "Eureka!"
(Halaman 29)
Dengan gagasan itu, Fauzi membuat sketsa kasar di buku gambarnya. "Kalau bisa pakai bahan bekas saja ya, mas. Biar lebih murah biayanya."
Marwan mengangguk setuju, "Kita coba saja. Mas punya ban bekas di gudang. Pakai itu saja!"
"Kita pakai tuas untuk memutar rol atau pakai dinamo?" Marwan memutar otak.
"Keduanya saja. Jadi, kalau mati listrik tetap bisa kerja!" Fauzi tersenyum lebar.
"Kita butuh dinamo kecil untuk penggerak, pipa PVC dan saringan.."
"Kalian sedang apa?" Kakek mendekat. Rumah Kakek letaknya di sebelah rumah mereka.
(Halaman 30)
Marwan menceritakan ide mereka. Kakek mengangguk. "Kita bisa membuat kotak kayu untuk biji yang sudah dipipil jadi tak berceceran." usul Kakek. "Kakek bisa bantu!"
Kakek adalah seorang tukang kayu andal. Fauzi berbinar-binar, mereka bertiga diskusi tentang alat perontok jagung. Kakek memberikan saran-saran.
"Kek, Ibu tuh sering kesulitan mengiris pisang dan singkong untuk dibuat criping. Ada usul nggak Kek?" Fauzi teringat ibunya yang bersusah-payah setiap hari.
"Ah, bagaimana kalau kita pasang mata pisau otomatis di bagian samping ? Jadi, bisa mengiris pisang dan ketela lebih cepat?" usul Mas Marwan. "Ibu nggak kecapekan lagi kalau bisa mengiris otomatis.
"Aku punya mata pisaunya di lab!" Fauzi berlari ke gudang. "Bekas punya kakek!"
Kakek mengangguk. "Kakek bisa bikin lingkaran dengan beberapa pisau, terus kalau diputar tuasnya, pisangnya bisa terpotong rapi!"
"Keren!" seru Fauzi dan kakaknya.
Tak lama, gambar mereka pun jadi.
Marwan menelpon Bulik Raya, janjian membeli barang-barang dibutuhkan.
Ban bekas dibentuk rol untuk menggesek jagung.
Motor kecil dari mesin wiper bekas sepeda motor.
Rangkap saringan untuk memisahkan biji jagung dari serpihan tongkol.
Membuat rangka sederhana dari kayu, sebagai dudukan motor dan juga lingkaran pisau.
(Halaman 31)
Keesokan harinya, Kakek datang dengan membawa kotak kayu. "Kalian bisa meletakkan rol ini di dalamnya. Marwan memasang motor yang terhubung ke rol karet lewat sabuk kecil. Ketika motor menyala, rol akan berputar.
Cara kerjanya mudah, nyalakan alat. Rol akan berputar, kita tinggal memegang tongkol jagung dan ban akan menggesek tongkol jagung hingga biji terlepas! Kali ini, tidak beterbangan karena biji yang dipipil langsung masuk ke kotak kayu yang dibuat kakek. Hebat!
Percobaan pertama, rolnya kurang bergerigi, biji jagung tidak lepas! Huhu. marwan mengganti bannya. percobaan kedua, putaran rol terlalu kencang, biji jagung beterbangan! Muka Mas Marwan kena serangan biji jagung. Ketiganya terbahak.
Fauzi dan Marwan berkali-kali menguji: mengganti ukuran rol, menyesuaikan kecepatan motor, menambah sudut guna mencegah jagung melompat keluar, hingga menambah rangka pelindung agar lebih aman.
Berkali-kali mencoba, akhirnya mesin mereka berhasil memipil biji satu tongkol jagung15 detik! Hasilnya bersih, biji tidak pecah, dan daya listriknya pun sangat rendah—cukup pakai aki motor kecil.
"Hore, kita berhasil!" ketiganya jejingkrakan dan berpelukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar