Minggu, 13 Juli 2025

Bab 4 Mengulik Kipas Angin Ibu

(Halaman 10)

Siang itu, Fauzi memperhatikan kipas angin yang berputar di ruang tengah. Bagaimana ya, cara kerjanya? Ia mengambil peralatan Bapak di laci dan mencabut steker kipas angin. Ia memindahkannya ke lantai lalu memulai membongkarnya.

Ia membuka penutup kipasnya. Aha, baling-balingnya keren. Ia putar baling-baling dengan tangan, perlahan. Kipasnya berputar. Ia membuka sekrupnya, berjatuhan deh kipasnya. Tak lama, Fauzi asyik mengutak-atik kipas berwarna biru itu. Di sekelilingnya, berserakan komponen kipas. 

Duh, bagaimana cara memasang kembali? Fauzi lalu beranjak mengambil ponselnya dan membuka Youtube. Cara memperbaiki kipas angin. Ternyata, susah juga! Pelipis anak itu mulai basah. Bagaimana ini? 

Tiba-tiba, Ibu pulang dari pasar. Ia berbelanja bahan untuk membuat criping nanti sore. Matanya terbelalak melihat berbagai pernak-pernik kipas angin berserakan di lantai. 

(Halaman 11)

"Apa yang kamu lakukan, Mas?"

Ia nyengir. "Fauzi penasaran cara kerja kipas angin, Bu. Fauzi bongkar saja!" ia menyembunyikan obengnya di punggung. 

Ibu menepuk jidatnya. "Duh, gawat!

"Tenang Bu, Fauzi bisa kok memasangnya kembali."

"Tapi, bisa nyala lagi tidak?"

Ia meringis. "Belum tentu, Bu. aku bingung."

"Aduh, mana sekarang musim kemarau panjang lagi! Matahari di Bantul saja ada tiga!" keluh Ibunya berbaring di ambren bambu di ruang tengah.

"Maafkan Fauzi, Bu!" 

"Lain kali, utak-atik peralatan elektronik yang rusak ya Nak, jangan kipas angin kesayangan Ibu!"

Ia mengangguk-angguk. Ia berlari ke kamar ibunya. Ibu menatapnya keheranan. 

"Ibu, sambil menunggu kipas anginnya sembuh, Ibu dikipasin sama Fauzi kalau kepanasan ya!" anak itu nyengir, mulai mengipas ibunya dengan kipas bambu yang biasa untuk bakar sate. 

Ibu menggeleng. "Paringono sabar, Gusti! Kelak anakku jadi profesor, ya Allah! Aamiin!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar