Minggu, 30 November 2014

Kerinduan Tak Bertepi dalam Novel Rindu Tere Liye

Dear Temans,

Horee, kelar membaca Rindu karya Tere Liye. 
Buku ini dipinjamkan sobatku Taro saat dakuw kerontang bacaan.
Duh, tebalnya mantap. 544 halaman. Dakuw kurang suka novel tipis. Rasanya, kurang tuntas bacanya kalau tipis, konfliknya harus terburu-buru diselesaikan karena halaman yang terbatas, hehe. 

Novelnya bersampul putih dihiasi latar belakang tulisan tangan samar-samar. Sederhana. Kutuntaskan hanya dalam dua hari saja. Daku tidak banyak membaca karya Tere Liye, hanya satu kalau nggak salah yang angpau, apa ya judulnya. Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah.

Settingnya unik, berada di sebuah kapal uap Blitar Holland di tahun 1938, yang bertugas mengantar jemaah haji ke Mekah. Wow, epik ya. Tentu dibutuhkan riset yang nggak sedikit untuk menulis kisah ini. Jadi teringat film Titanic yang lokasinya kebanyakan di atas kapal.

Penasaran kan gimana kehidupan di atas kapal apalagi yang berlayar selama sebulan. Pengalamanku naik kapal paling jauh hanya Jayapura-Makassar, itupun rasanya lama sekali, nggak nyampe-nyampe. Hehe. 

Saat itu, orang hanya bisa naik haji dengan naik kapal, menyusuri lautan sebulan lamanya, berbulan-bulan di Tanah Suci. Subhanallah kebayang ya perjuangannya. Beda banget dengan kita yang cap cus naik pesawat.

Cerita ini berawal dari Makassar, Daeng Andipati, seorang pedagang kaya berangkat naik haji. Daeng Andi, istrinya, kedua anaknya Elsa dan Anna. Beserta Ijah, pembantu mereka. Ada pula Gurutta Ahmad Karaeng, ulama besar Bugis yang juga menulis ratusan buku. Tak ketinggalan, seorang pelaut pendiam bernama Ambo Ulleng pun turut naik ke atas kapal. Tidak seperti Daeng Andi dan Gurutta yang berangkat naik haji, Ambo hanya ingin pergi sejauh mungkin dari Sulawesi.

Petualangan mereka dimulai. Muncul tokoh-tokoh lain seperti Kapten Phillips, Kapten kapal yang bijaksana, Ruben, kelasi teman sekabin Ambo, Lars, chef galak, Bonda Upe, perempuan keturunan Tionghoa yang cantik, dan banyak lagi. 

Dengan cepat mereka akrab. Gurutta memimpin shalat berjamaah dan berceramah, Bonda Upe mengajar anak-anak mengaji, penumpang yang guru menjadi relawan mengajar berbagai macam pelajaran pada anak-anak selama di atas kapal.

Kapal berlayar menyusuri Nusantara mulai dari Makassar, Surabaya, Semarang menelusuri lautan hingga Mekkah. Kita disuguhi berbagai kota di Nusanatara dengan setting tahun 1938. Serasa masuk ke mesin waktu dan dilemparkan ke masa lalu. 

Dalam perjalanan panjang itu, ada lima pertanyaan besar yang menggantung di benak lima tokoh cerita ini. Pertanyaan tentang masa silam dan masa yang akan datang. Pertanyaan Ambo Uleng tentang jodohnya, Daeng Andipati tentang ayahnya, Bonda Upe tentang masa remajanya, Pertanyaan yang telah membekap mereka bertahun-tahun lamanya. Hanya Gurutta yang bisa menjawab tanya itu. Bahkan pertanyaan yang justru berasal dari Gurutta sendiri.

Ceritanya tidak membosankan. Membuatku betah membacanya hingga akhir buku. Walau masalah Ambo Uleng sudah bisa ditebak sejak awal adalah patah hati, tapi ending untuk dia, keren hehe. Masalah yang dihadapi tokoh lainnya juga cukup menohok. Dan nasehat yang diberikan gurutta menyentuh. Banyak hal yang bisa didapatkan dari novel ini, tentang seluk-beluk kapal uap, kelasi dan kehidupan di atas kapal. 

Keren Tere Liye, pantas saja banyak penggemarnya, buku Rindu ini cetakan pertamanya terbit Oktober 2014, dan di November sudah masuk cetakan kedua. Wow. Sudah ada bajakannya pula, hiks.

Diintip Sinopsis back covernya ya:

Apalah arti memiliki?
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami.

Apalah arti kehilangan?Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan.

Apalah arti cinta?
Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupkan jaraknya setipis benang saja.”

Novel ini tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
 

 Data Buku:
Judul: Rindu
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Jenis: Novel Inspirasi
Tebal: 533 Halaman
Harga: Rp.69.000,-


Photo Coutesy of Langitabjad.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar